Kembali mengingat pada tanggal 7 Oktober 2011 mengingatkan saya di Boyolali Desa Kedung Lengkong. Sebelum kami ke Desa Kedung Lengkong, kami diajak berkunjung di Sebuah Rumah yang dinamakan Rumah Rempah Karya, tepatnya berada di daerah pinggiran Kota Boyolali Tegal Mulyo.
Kenapa di namakan Rumah Rempah Karya? konon katanya sih, karena ingin kembali membuat bangsa lain terutama bangsa Eropa kembali tertarik ke Indonesia untuk melakukan perdagangan hasil karya atau kerajinan. Uniknya Rumah Rempah Karya ini awalnya adalah sebuah gudang yang sudah tidak digunakan lagi. Kemudian dibangun dari sebuah barang-barang yang sudah tidak terpakai dan dibuat lah sebuah rumah, dengan cara menempel dan mengikat.
Di dalam Rumah Rempah Karya terdiri dari dua bangunan yang dinamakan Rempah 1 dan Rempah 2. Bangunan pertama, yaitu bagian atas ruangan itu digunakan sebagai ruang office dan di bawah ruang office terdapat ruang kretifitas juga toko seperti penjualan produk dari Rumah Rempah Karya. Sedangkan bagunan ke dua diguanakan sebagai ruang work shop. Setelah puas melihat-lihat dan dibuat kagum oleh Rumah Rempah Karya kami pun langsung menuju ke Desa Kedung Lengkong.
Sebenarnya perasaan kami sebelum sampai di desa itu, pasti ada lah perasan bosan dan malas, karena kami di tugaskan untuk tinggal dan menjalani kehidupan disana. Kemudian kami pun dibagi tugas setiap kelompoknya dimana masing-masing rumah terdiri dari tiga orang dalam satu kelompok dan parahnya kami harus menginap tiga hari dua malam disana. Kebetulan kelompok kami mendapat keluarga yang bekerja di peternakan sapi perah, kami pun membayangkan bagi mana nasib kami disana karena harus tinggal serumah dengan sapi dan itu gak lucu sekali bagi kami.
Sesampainya kami disana, ternyata Mbah Sastro sedang berada dibelakang rumah sedang membuat pagar. Kemudian kami dikenalkan dengan keluarga Mbah Sastro beliau hanya tinggal bertiga dengan istri dan cucu nya. Pertama Kami datang, kami pun diajari oleh simbah putri bagaimana cara membersihkan kencur untuk ditanam kembali.
Dari situ lah perasaan malas pun berubah menjadi semangat karena melihat perjuagan seorang Mbah Sastro dan istrinya yang bisa dibilang sudah lanjut usia namun masih tetap bersemangat bekerja.
Hari sudah berganti dan datanglah sang mentari. Jam sudah menunjukan pukul 05.30 kami pun di ajak oleh Mbah Sastro berkunjung diperternakan sapi perah milik Pak Hartomo, Pak hartomo memiliki 4 kariawan yang bekerja merawat sapi perah dan Pak Hartomo memiliki 60 sapi termasuk 7 sapi jantan. Sesampainya di perternakan Pak Hartomo, bertemulah kami dengan Pak Amin beliau yang biasanya memerah susu sapi dan kami pun di ajari bagai mana cara memerah susu sapi. Kata Pak Amin sih memerah susu sapi biasanya sehari dua kali pagi dan sore hari, dan memerlukan waktu 1 jam untuk memerah susu sapi 60 ekor. Wah, tentunya tidak bisa dibayangkan ya, 60 sapi dalam 1 jam? Kalu seumpama kami yang disuruh memerah susu sapi, mungkin bisa memerlukan waktu 1hari penuh atau 2hari. Setelah kami belajar memerah susu sapi kami pun diajak oleh Pak Ali untuk memberi makan sapi, beliau juga kariawan yang biasanya memberi makan sapi.
Setelah selesai memerah susu sapi dan memberi makan sapi kami pun pamit pulang ke rumah Mbah Sastro karena pekerjaan kami sudah selesai, saat kami ingin pamit pulang Bu Hartono memberi kami susu sapi yang baru kami perah pagi-pagi tadi dan asli lo susunya masih terasa hangat, karena langsung diambil dari sapinya.
Nah ini lah pengalaman dari kami tentunya asik dan menarik kan...? Di petik dari sebuah pengalaman saya, janganlah membatasi diri sendiri dengan hal yang baru kita kenal, karena hal yang baru itu memberikan pelajaran yang menarik dan bermakna. Juga janganlah hanya menghindari yang tidak mungkin. Dengan mencoba sesuatu yang tidak mungkin, kita akan bisa mencapai yang terbaik dari yang mungkin kita capai.(mario teguh)
wow menajubkan keren abis...sip aku suka ceritanya...(^_^)
BalasHapus